Lompat ke konten

Di Tengah Guncangan Dahsyat Cianjur, Radio RDB 107.7 FM Hadir Menjadi Denyut Nadi Informasi

  • Podcast

Pada Senin siang, 21 November 2022, tepatnya pukul 13.21 WIB, gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 secara brutal mengoyak kedamaian di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Guncangan yang berpusat di darat dengan kedalaman sangat dangkal, hanya sekitar 10 hingga 11 kilometer, menyebabkan kerusakan masif dan melumpuhkan kehidupan. Dalam sekejap, ribuan bangunan runtuh, menewaskan lebih dari 334 orang, melukai lebih dari seribu jiwa, dan memaksa lebih dari 58.000 warga mengungsi dari rumah mereka yang telah hancur. 

Tragedi ini diperparah oleh putusnya jaringan listrik dan menara telekomunikasi yang menyebabkan kelumpuhan total pada sistem komunikasi.  Di tengah kepanikan dan ketidakpastian, masyarakat terisolasi tanpa akses informasi yang vital. Kondisi inilah yang disebut sebagai

information vacuum atau kekosongan informasi, sebuah situasi berbahaya di jam-jam krusial pasca-bencana. 

Lahirnya Suara Harapan dari Frekuensi 107.7 FM

Di tengah kelumpuhan sistem komunikasi konvensional, Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat bergerak cepat. Mereka menyadari bahwa dalam kondisi seperti ini, radio analog yang bisa diakses dengan baterai menjadi penyelamat. JRK Jawa Barat bersama Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) segera mendirikan Radio Darurat Bencana (RDB) Cianjur di frekuensi 107.7 FM. Posko utama didirikan di Kampung Longkewang, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, wilayah yang menjadi pusat gempa dan mengalami kerusakan paling parah. Keputusan strategis ini menempatkan RDB tidak hanya dekat secara fisik dengan para penyintas, tetapi juga menjadi bagian dari komunitas yang terdampak. 

Strategi Tiga Pilar “3 On”: Menjangkau dari Udara, Darat, hingga Dunia Maya

Keberhasilan RDB Cianjur terletak pada strategi operasional “3 On” yang cerdas dan adaptif, menggabungkan kekuatan tiga pilar utama: 

  1. On Air: Menjadi denyut nadi informasi melalui siaran radio di frekuensi 107.7 FM, RDB menyebarkan informasi terverifikasi dari lembaga resmi seperti BNPB, mengklarifikasi hoaks yang beredar, serta membuka program dialog interaktif. Siaran ini tidak hanya berisi berita serius, tetapi juga hiburan dan konten rohani untuk memberikan dukungan psikososial kepada para penyintas. 
  2. On Land: Tim RDB tidak hanya menunggu di studio, mereka turun langsung ke tenda-tenda pengungsian untuk melakukan “diskusi warga”. Kegiatan ini berfungsi ganda: sebagai metode pengumpulan informasi otentik mengenai kebutuhan mendesak di lapangan dan sekaligus membangun kepercayaan yang mendalam dengan warga. 
  3. On Line: Memanfaatkan platform digital seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, RDB memperluas jangkauannya. Strategi ini memungkinkan informasi dari Cianjur bisa diakses oleh audiens yang lebih luas, termasuk keluarga korban di luar kota dan anak muda, sekaligus menjadi arsip digital dari respons kemanusiaan yang berlangsung. 

Lebih dari Sekadar Radio: Jembatan Komunikasi dan Perekat Sosial

Dalam perjalanannya, RDB Cianjur menjelma menjadi lebih dari sekadar media penyiaran. Ia memainkan peran multidimensi yang krusial:

  • Pusat Informasi Terpercaya: RDB menjadi rujukan utama warga untuk mendapatkan informasi akurat dan menjadi benteng pertahanan melawan hoaks yang dapat memicu kepanikan.
  • Jembatan Komunikasi: RDB secara efektif menghubungkan penyintas, relawan, dan pemerintah. Laporan kebutuhan mendesak dari warga di pengungsian bisa langsung didengar oleh lembaga bantuan, sehingga distribusi logistik menjadi lebih tepat sasaran. 
  • Agen Pemulihan Psikologis: Siaran RDB memberikan rasa kebersamaan dan mengurangi perasaan terisolasi di antara para penyintas. Memberi ruang bagi warga untuk berbagi cerita dan keluh kesah menjadi sebuah terapi komunal yang mempercepat proses pemulihan trauma. 
  • Mekanisme Akuntabilitas: Dengan menjadi platform publik bagi keluhan warga, RDB mendorong lembaga pemerintah dan organisasi bantuan untuk bekerja lebih transparan dan responsif. 

Kisah Radio Darurat Bencana Cianjur adalah bukti nyata bahwa di tengah bencana, solusi yang paling efektif seringkali lahir dari komunitas itu sendiri. Kehadirannya menunjukkan betapa vitalnya peran media komunitas yang berlandaskan kepercayaan, ketangguhan, kelincahan, dan relevansi sebagai tulang punggung resiliensi bangsa dalam menghadapi bencana. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *